Senin, 30 Agustus 2010

materi kuliah PEN ALK

KULIAH PENERJEMAHAN ALKITAB
oleh: Edward Tjen


I. TINJAUAN UMUM

1. Selintas penerjemahan lintas masa: dari masa Nehemia, Septuaginta (LXX) sampai pada terjemahan-terjemahan Melayu/Indonesia di nusantara
2. “Penerjemahan”: apa yang terjadi dalam proses alih bahasa dan budaya?
3. Model dasar dari dunia komunikasi: sumber – pesan – sasaran
4. Kendala dan peluang dalam komunikasi lintas bahasa dan budaya: bagaimana firman (logos) menjadi ”daging” (sarx)
5. Ketegangan antara foregnization dan domestication
6. Aspek-aspek mendasar yang dipedomani: ketepatan (accuracy), kejelasan (clarity) dan kewajaran (naturalness)
7. Interaksi berbagai ”bingkai” (frame) dalam proses penerjemahan: tujuan/sasaran terjemahan, fungsi terjemahan

II. MENGENAL JENIS PENERJEMAHAN DAN PERSOALANNYA

1. Interlinear
2. Literal
3. Formal
4. Dinamis/fungsional
5. Saduran/adaptasi
6. Penafsiran ulang antar budaya


III. MENJEMBATI ”JURANG” (gap) MENGGAPAI KESEPADANAN

1. Titik berangkat: teks sumber dan model yang digunakan
2. Proses hermeneutis dalam menjembati jurang bahasa, budaya, sejarah dan geografi
3. Langkah-langkah mencapai kesepadanan antar bahasa (equivalence): analisis makna, pengalihan (transfer) dan penyusunan kembali (restructuring)
4. Memanfaatkan kategori semantis ”UPAH” (Unsur, Peristiwa, Abstrak, Hubungan) dalam menangani perbedaan ”bentuk” dan ”isi”-
5. Prinsip ”serupa tapi tak sama”: penerjemahan selalu merupakan sebentuk “pengkhianatan” (traduttore tradittore)


IV. LEBIH JAUH MENGENAI PENGALIHAN (transfer)

1. Beberapa persoalan dalam pengalihan antar bahasa dan budaya:
- salah kaprah tentang penerjemahan
- sikap merendahkan terhadap bahasa dan budaya sendiri
- keinginan mengabadikan ”misteri” religius
- salah kaprah teologis tentang ”wahyu”
2. Penyesuaian semantis:
- membedakan makna referensial dan makna konotatif
- antara makna umum dan makna khusus
- menghilangkan ungkapan ”mubazir” (pleonastic)  tanpa menghilangkan makna
- gaya bahasa (metafora, simile, hiperbol,eufemisme, ironi) dan beberapa alternatif pengalihannya: gambaran yang sama dengan fungsi setara, gambaran berbeda dengan deskripsi fungsi, mengalihkan fungsi supaya setara
3. ”Kontekstualisasi” terjemahan: sejauh mana dibenarkan dan bagaimana melakukannya?
4. Penyesuaian struktural: bentuk aktif dan pasif, elipsis, kata ganti ”inklusif” dan ”eksklusif”, sapaan/ungkapan penghormatan (honorifics), pertanyaan retoris, kalimat langsung dan tak langsung, penyesuaian fonetis
5. Prioritas dalam pengalihan: makna referensial dialihkan sedapat-dapatnya tanpa distorsi; makna konotatif juga dialihkan sedapat mungkin; jika memungkinkan ”bentuk” dipertahankan tetapi tidak diutamakan lebih daripada ”isi”


V. BEBERAPA CONTOH PERSOALAN PENERJEMAHAN

1. Prosa dan persoalannya
2. Puisi Ibrani: mengenali paralelisme dan persoalan penerjemahannya
3. Istilah-istilah teknis/teologis (khesed, dikaiosune, basileia tou theou)

VI. MENGUJI HASIL TERJEMAHAN

1. Kelengkapan unsur-unsur makna
2. Kelengkapan bahan-bahan pembantu
3. Ketepatan eksegetis
4. Kejelasan bahasa yang digunakan (tidak menimbulkan salah pengertian)
5. Kewajaran bahasa

PUSTAKA PILIHAN
K. Barnwell, Panduan Penerjemahan (Jakarta, 2008)
B.M. Newman dan D.C. Arichea, Jr., Penuntun Terjemahan Dinamis (Jakarta, 1978)
E.A. Nida, Toward a Science of Translating (Leiden, 1964)
E.A. Nida dan C.R. Taber, The Theory and Practice of Translation (Leiden, 1982)
E.A. Nida dan W.D. Reyburn, Meaning across Cultures (New York, 1981)
Lembaga Alkitab Indonesia, Satu Alkitab Beragam Terjemahan (Jakarta, 2005)
D. Soesilo, Mengenal Alkitab Anda (Jakarta, 1994)
T. Wilt (ed.), Bible Translation: Frames of Reference (Manchester, 2003)
T. Wilt dan E. Wendland (ed.), Scripture Frames & Framing: A Workbook for Bible Translators (t.t.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar